20 Jun 2012

Jalan Terjal Jurusan Progam Studi Madani


           

Dewasa ini nuansa islam di kampus-kampus dikatakan membaik, hal ini dapat kita lihat  secara fisik dari mahasiswa-mahasiswanya. Salah satu contohnya adalah kesadaran akan jilbab di kalangan mahasiswa umumnya telah membaik, begitu pula bagi mahasiswa UNS.  Dapat kita lihat bahwa sekarang ini banyak yang mengenakan jilbab, dan banyak pula yang berhijrah lalu mengenakan jilbab. Jilbab menjadi hal yang biasa dalam kehidupan mahasiswa. Hal ini menjadi indikator bahwa kesadaran mengenai kewajiban mengenakan jilbab telah diketahui oleh sebagian besar kaum hawa di kampus. Akan tetapi dengan banyaknya kaum hawa yang mengenakan jilbab, tidak bisa menjadi indikator kampus telah dipenuhi atmosfer islami.  Karena walaupun kebanyakan telah memakai jilbab, kita juga harus menilik kepribadian dan karakter mereka, apakah sudah mencerminkan umat islam apa belum. Selain itu apakah kehidupan mereka sudah sejalan dengan nuansa islam seperti yang diharapkan layaknya umat islam yang sesungguhnya? Kembali ke masalah jilbab, kaum hawa saat ini yang sudah merasa tidak canggung menggunakan jilbab karena bisa dikatakan telah menjadi style, mempunyai pandangan yang agak berbeda dengan tujuan penggunaan jilbab itu sendiri. Beberapa dari mereka menggunakan jilbab, tapi kadang terkesan tidak menggunakan jilbab dan jilbabnya pun tidak menutupi apa yang seharusnya di tutupi. Gaya berjilbab saat ini sangat bervariasi, sehingga terkadang masih terlihat bentuk tubuh, bentuk leher. Terkadang malah gaya berjilbab mahasiswa muslim saat ini menyerupai penutup kepala yang digunakan oleh suster-suster gereja, yaitu penutup kepala yang memperlihat bentuk lehernya.
          Kaum adam memang secara fisik tidak  bisa kita nilai apakah atmosfer keislaman telah melingkupi mereka atau belum. Tetapi sejauh ini yang dapat diamati mereka memang melakukan solat, akan tetapi mengenai hal-hal yang seharusnya tercermin dari seorang muslim belum terlalu nampak dari diri mereka. Sebagai contoh, hal yang namanya pacaran masih sering ditemui,dan terlihat. Padahal dalam islam sendiri hal ini adalah hal yang dilarang karena mendekati zina.
          Ya, sebenernya kita tidak bisa menilai nuansa keislaman yang ada di kampus hanya dengan melihat bentuk fisik atau cara berpakaian mahasiswanya. Akan tetapi kita seharusnya lebih memperhatikan karakter, pribadi dan kebiasaan yang seharusnya tercermin oleh umat islam. Karakter umat islam itu sendiri diantaranya adalah melaksanakan solat dan menunaikan zakat. Ketika solat seseorang akan baik, maka perilakunya dalam kehidupan sehari-hari pun akan baik.
          Mewujudkan nuansa islam di kampus, khususnya di program studi Fisika, berarti mewujudkan masyarakat kampus yang menjadikan Islam sebagai petunjuk jalan dan rujukan utama bagi kehidupan dan seluruh aktivitas geraknya. Menjadikan Islam tidak hanya ada di masjid, tapi juga menjadi bagian menyeluruh dalam civitas akademika. Islam yang kemudian tumbuh dan berkembang di kelas, di lab, di kantin, di studio, di ruang-ruang rapat HMP, di sekretariat-sekretariat UKM, di pos satpam, dan di seluruh penjuru kampus.
          Ketika nuansa Islam telah terbumikan di kampus, maka terciptalah sebuah masyarakat kampus yang madani. Tidak mungkin memang me-muslim-kan seluruh penduduk kampus, sama halnya itu juga tidak terjadi di Madinah dulu, tapi nuansa hidup berdampingan adil sejahtera tercipta di sana. Masyarakat yang dipenuhi dengan toleransi dalam beragama dan pemikiran, yang bebas berekspresi akan tetapi tetap dalam koridor syari’ah. Mereka bebas berdebat dan tetap saling menghormati. Mereka cerdas dan tetap rendah hati.
Untuk mewujudkan hal ini tentunya dibutuhkan usaha yang keras dan berkelanjutan. Usaha bisa dimulai dari yang kecil lalu menuju ke usaha yang besar, karena sesunggunhnya kita bias merubah suatu negeri yang besar dengan diawali mengubah komponen kecil dalam negeri itu sendiri. Sama halnya jika kita ingin mengubah atau menciptakan nuansa islamu di kampus maka kita harus mengawali menumbuhkan nuansa islam di program studi yang ada di kampus melalui mahasiswa-mahasiswinya.
Langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan nuansa keislaman di prodi fisika, diantaranya adalah membuat website islami, updates status islami, ‘nge-tweet tentang hal yang behubungan dengan islam, menghidupkan kembali aturan kampus yang mendukung terciptanya nuansa islami, mengadakan kegiatan islami.
Seperti yang telah disebutkan di atas, salah upaya untuk menumbuhkan nuansa islam adalah dengan membuat website islami. Website islami disini maksudnya adalah membuat website yang berisi kontent-kontent islami, artikel – artikel yang dapat meningkatkan kesadaran beragama, kontent yang berisi tausiyah islam. Selain itu kita bisa meng-update status  di jejaring social seperti facebook dan twitter yang saat ini sangat digandrungi mahasiswa dengan content – content yang berisi nasihat-nasihat, ayat-ayat al-quran, tausiyah singkat. Hal ini tidak bermaksud menggurui yang lain, tapi hal ini bermaksud mengingatkan saudara muslim yang lain dan juga dirinya sendiri. Usaha ini bisa dikatakan Digital dakwah, karena mensyiarkan agama islam melalui media elektronik  tepatnya melalui internet diperkirakan cukup efektif, karena hampir semua mahasiswa selalu mengakses internet setiap hari, selalu membuka jejaring social, selalu browsing dan membaca artikel melalui internet. Jika kita mengemas content islami dengan bagus dan menarik tentu akan menarik perhatian mahasiswa untuk mengunjungi website islami.
Selain langkah digital dakwah, langkah konkret yang dapat kita lakukan adalah menguhidupkan kembali aturan yang telah dibuat jurusan P.MIPA yaitu berupa memakai rok setiap kuliah, memakai baju koko setiap hari jumat bagi laki-laki, memakai jilbab setiap hari jumat bagi seluruh mahasiswi muslim. Sebenarnya peraturan yang pernah dibuat oleh jurusan P.MIPA sudah selayaknya kita acungi jempol, akan tetapi realisasi dari aturan itu sangat jauh dari kriteria berhasil, karena saat ini mahasiswi yang tidak memakai rok saat kuliah sangat banyak kita temui malah mereka lebih suka mengenakan jeans ketat. Selain itu aturan baju kuliah untuk hari jum’at juga tidak dilaksanakan lagi, mahasiswa tidak mengenakan baju koko dan mahasiswi muslim yang tidak berjilbab di hari-hari biasa pun tidak mengenakan jilbab sesuai aturan yang ada. Jika kita menghidupkan kembali aturan yang sangat baik, ini adalah langkah konkret membentuk nuansa islam di jurusan P.MIPA pada umumnya, walaupun mungkin ada beberapa mahasiswa yang terpaksa melakukan itu semua, tapi jika dilakukan terus menerus maka akan mejadi kebiasan. Dan agar aturan ini terus hidup atau berkelanjutan, harus ada yang mengawasi dan memberikan sanksi yang tegas dan mendidik dari jurusan P.MIPA maupun dari masing-masing prodi. Sehingga mahasiswa akan kapok dan jera untuk melanggar aturan yang telah dibuat .
Mengadakan kegiatan islam di kampus merupakan langkah menciptakan nuansa islam. Sebenarnya langkah ini telah banyak dilakukan oleh HMP yang ada di kampus maupun oleh UKM kampus, contohnya saja seperti kajian pengurus HMP, kajian anggota, kajian angkata, Tausiyah elektronik, kahian tiap minggu,dll. Kegiatan ini sangatlah bagus, akan tetapi yang masih menjadi PR bersama bagaimana cara menarik perhatian massa untuk mengikuti acara-acara yang telah diusahakan oleh aktivis-aktivis yang peduli dengan perkembangan islam di kampus.
Kita sadari bahwa untuk menciptakan, meningkatkan, menumbuhkan nuansa islami di kampus bahkan di program studi adalah hal yang memerlukan usaha keras, semangat tanpa lelah, dan keikhlasan batin dalam menjalaninya. Hal ini bias terwujud apabila mahasiswa pejuang islam bersatu dan menyatukan semangat untuk meningkatkan nuansa islami. Langkah kecil yang kita awali akan menuntun kita menuju langkah besar dalam melewati jalan terjal menuju kampus madani, kampus impian yang bernuansa islami, kampus yang nyaman, tenram, adil, sejahtera, toleransi dalam beragama dan berpikir, bebas mengekspresikan segala sesuatu tetap pada koridornya. Semoga beberapa tahun yang akan datang kampus impian ini dapat terwujud di kampus kita tercinta, Universitas Sebelas Maret

1 komentar: